Bila
suatu ketika berkunjung ke kawasan Benteng Somba Opu yang masuk dalam
Wilayah Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, atau lebih tepat disebut
Kampung Sapiria– Lekoboddong (daun bundar) maka di sana terdapat sebuah pondopo yang di dalamnya terdapat potongan meriam, masyarakat lokal menyebutnya “Mariang Polonga“
sekitar Lekoboddong, Pattung, Sapiria dan Garassi meyakini kalau lokasi
tersebut sebagai kawasan angker dan penuh misteri. Dimasa lalu bila
naik sepeda dan melewati daerah ini, turun dari sepeda lalu berjalan
kaki, setelah lewat masjid baru naik.
Di lokasi ini anda jangan melakukan hal-hal yang tidak
senonoh seperti, menjadikan sebagai kawasan tempat pacaran karena
menganggap lokasinya sepi, tidak memberi salam saat lewat di sekitar
pondopo, atau berteriak di sekitar makam.
Dari kunjungan Penulis ke lokasi makam, didalamnya
terdapat kuburan sepanjang satu meter, bagian selatan terdapat ranjang
dan kasur, ada tempat sesajen dan tampan (baki) untuk menaruh
persembahan, apa pula tempat membakar kemenyan, sedang di bagian depan
terdapat potongan meriam sepanjang satus setengah meter yang disanggah
batu, inilah yang dikatakan Mariang Polonga, konon sebagian dari potongan meriam ini ada pada meseum di Negeri Belanda.
Konon menurut penuturan Daeng Ngewa, salah seorang
warga yang bermukim di kampung Sapiria, yang pada saat penggalian situs
purbakala yang di pimpin DR. Mukhlis Paeni menuturkan bahwa, pada masa
abad ke-15 Kerajaan Gowa memiliki 2 buah meriam, satu diantaranya
disebut “Meriam Subhana”
Saat Belanda menyerang dari arah Maccini Sombala, para
pejuang mempertahankan Benteng Somba Opu dengan mati-matian, selama 40
hari meriam terus menerus menyalak dan memuntahkan peluru dari yang
tersimpan dalam gudang senjata kerajaan di sebut bastion. Mengingat
telah banyak pejuang yang gugur dalam penyerangan akhirnya kedua
pengendali meriam ini berjanji untuk tidak mengungsi hingga tetes darah
terakhir.
Keduanya berjanji untuk terus melawan, sang pengendali
meriam akan berperang sampai dirinya lenyap sementara yang satu akan
berjuang hingga terpotong.
Dari kisah diatas, maka potongan meriam terpelihara
dengan baik di mesium Nederland Belanda, sementara potongannya hingga
saat ini tetap berada di Kampung Sapiria – Lekoboddong – Benteng Somba
Opu, Gowa – Sulawesi Selatan.
Ketika akan dilaksanakan Kemah Bhakti Tagana Kawasan
Tengah dan Timur Indonesia yang diikuti 22 provinsi, lebih awal saya
mendatangi tempat tersebut dan minta izin untuk pelaksanaan kegiatan.
Salah seorang staf saya bernama Ahyan Arif langsung
menuju ke rumah-rumah adat dan mengukur lokasi untuk penampungan peserta
dari luar provinsi.
Belakangan menjelang acara pembukaan, sekitar Pukul
09.00 wita, Ahyan Arif meninggalkan lokasi menuju keluar kawasan dan
disekitar depan Kampus Universitas Indonesia Timur di Jalan Abd. Kadir,
Ahyan terpelanting setelah menginjak tanah berpasir yang mengakibatkan
motornya oleng dan tak mampu lagi mengendalikan stir.
Ahyan dilarikan ke rumah sakit Haji yang terdekat dan
setelah melalui proses pemeriksaan yang bersangkutan dinyatakan patah
tulang sekitar leher yang menyulitkan untuk mengangkat tangan.
Lain halnya dengan Sdr. Ibrahim alias Ego yang
kesurupan di saat dilakukan kegiatan api unggun, karena yang
bersangkutan terlalu banyak aksi dan lagak lucu sekitar masjid di
Sapiria, dalam kondisi sedikit kurang fit karena tugas-tugasnya yang
bersangkutan menjadi tak sadar diri dan iapun kemasukan roh halus dan
diajak berbicara dalam edisi Bahasa Makassar.
Kondisi seperti ini juga dialami oleh Sdr. Ratna
Mahasiswa dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jurusan Kesejahteraan
Sosial, tiba-tiba saja dia kesurupan.
Dari peristiwa diatas akhirnya dipanggil salah seorang
warga sekitar untuk mengobatinya, setelah di beri air putih, terjadi
dialog antara orang yang kesurupan dengan sang warga lslu bertutur
seperti seorang nenek mengatakan, soalnya dia datang disini bikin kotor
dan masuk ke kawasanku tanpa permisi, masih beruntung itu Ahyan karena
hanya saya dorong, kalau tidak mungkin sudah langsung mati di tempat.
Dari fenomena ini, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa memasuki suatu kawasan yang baru hendaknya untuk senantiasa
memberi salam sekaligus mengetahui kearifan lokal yang akan di suatu
tempat.
Beruntung melalui kegiatan akbar seperti ini hanya tiga
orang yang mendapatkan peringatan untuk penyempurnaan di masa
mendatang. Dari penuturan ini, maka sebagai bentuk pengabdian ke
masyarakat setempat, Direktur PSKBA Kementerian Sosial memerintahkan
kepada penanggungjawab kegiatan untuk memperbaiki Masjid yang ada disana
sementara untuk kuburan atau Mariam Polonga diganti atap serta pintu
masuk kuburan.
Penjaga makam H.Lumu dan Imam Sapiria mengucapkan
terima kasih atas bantuan yang di berikan Kementerian Sosial seraya
mendoakan agar para peserta dan panitia dapat kembali ke daerah asalnya
dengan selamat dan tak kurang suatu apapun juga, amin …………..salamaki.